Kamis, 22 Oktober 2015

PENGARUH CASH FLOW DI INDONESIA TERHADAP PERTUKARAN NILAI RUPIAH DENGAN USD

PENGARUH CASH FLOW DI INDONESIA TERHADAP PERTUKARAN NILAI RUPIAH DENGAN USD

Krisis ekonomi yang terjadi di indonesia pada tahun 1997-1998 merupakan salah satu krisis ekonomi terparah sepanjang sejarah negara indonesia. Hal ini terlihat jelas melalui penurunan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang ditutup pada level 4.850/dollar AS pada tahun 1997 dan  meluncurkan dengan cepat ke level Rp 13.800/dollar AS pada 22 januari 1998.

Nilai tukar rupiah kembali tertekan pada ekonomi di tahun 2015. Pendorong pelemahan nilai tukar rupiah karena dolar Amerika Serikat (AS) kembali perkasa.
Mengutip Data valuta asing Bloomberg, pada pukul 09.51 WIB, nilai tukar rupiah melemah ke level 13.469 per dolar AS. Rupiah dibuka melemah ke level 13.459 per dolar AS dari penutupan perdagangan kemarin di level Rp 13.456 per dolar AS. Pada hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.455 per dolar AS hingga 13.482 per dolar AS.

Sedangkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI), rupiah melemah ke level 13.468 per dolar AS jika dibandingkan dengan perdagangan sehari sebelumnya yang tercatat di level 13.444 per dolar AS. 

Ekonom PT Samuel Sekuritas Indonesia, Rangga Cipta menjelaskan, pada perdagangan kemarin nilai tukar rupiah sempat menguat tipis. "Rupiah mampu menguat hingga kemarin sore setelah dollar AS melemah di Asia menyusul buruknya data AS di malam sebelumnya," tuturnya. 

Namun pada perdagangan hari ini tekanan pelemahan rupiah berpeluang kembali terjadi akibat dollar index yang berhasil berbalik menguat dini hari tadi. "Paling tidak hingga September, dengan harapan kenaikan suku bunga the Fed yang meninggi, tekanan pelemahan rupiah diperkirakan masih akan terjaga," tuturnya. 

Selain itu, mengutip Bloomberg, berdasarkan riset dari Nomura Holdings Inc , investor juga melepas rupiah karena adanya ekspentasi penurunan pertumbuhan ekonomi. Dalam risetnya, Nomura menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2015 akan berada di 4,5 persen. Proyeksi tersebut turun jika dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya yang ada di level 4,8 persen. 

"Rupiah kembali tertekan seperti pada Mei 2015 lalu. Kami harapkan pertumbuhan bisa di level 5 persen namun kemungkinan hal tersebut tidak bisa terjadi," jelas Ekonom DBS Group Holding Ltd, SIngapura, Gundy Cahyadi. 

Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengatakan nilai tukar rupiah melemah terjadi karena faktor eksternal dan hampir semua mata uang melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). "Rupiah itu pengaruhnya eksternal daripada internal karena semua mata uang hampir melemah terhadap dolar AS," kata JK.

Kondisi nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS, lanjut JK, tidak terlalu parah bila dibandingkan dengan kondisi Yen Jepang, Yuan Tiongkok, dan Ringgit Malaysia.  "Kita tidak melemah melawan Yen, tidak melemah melawan Yuan, tidak melemah dengan Ringgit hanya melemah terhadap Dolar AS karena dia lebih kuat," imbuh JK.

Dalam kondisi seperti ini, pemerintah berusaha menjaga kualitas dalam negeri dan meningkatkan ekspor‎. Meski demikian, dirinya, paham pemerintah tidak bisa menguasai bila harga komoditas turun. (Gdn/Ndw)

Alasan yang Menyebabkan Kurs Dollar Terhadap Rupiah Semakin Naik
Semakin hari dolar semakin naik nilainya terhadap rupiah. Seakan-akan rupiah tak ada nilainya, ditambah lagi susahnya mengais rezeki demi sesuap nasi. Sudah begitu bahan kebutuhan pokok seperti, beras, cabai, ayam, dan daging harganya juga ikut naik. Bagaimana rakyat tak menjerit dengan keadaan yang seperti ini? Mereka pasti sangat sulit mencukupi kebutuhan sehari-hari bahkan hingga menyekolahkan anak-anak mereka? Yah, inilah hidup harus tetap dijalani meski banyak kesulitan di dalamnya.

Kenaikan harga bahan pokok akan berimbas kepada lapisan masyarakat menengah ke bawah dan juga ke penjualnya. Karena harganya mereka memilih bahan makanan lain yang harganya lebih murah. Sehingga pendapatan sang penjual pun berkurang, apalagi jika ada tengkulak di saat harga naik, tentu uang penjual akan terkuras habis untuk hal itu. Bukannya dapat untung tetapi malah buntung karena konsumen menghindari harga bahan pokok yang naik walaupun biasa dibelinya.

Meningkatnya perekonomian di Amerika Serikat
Untuk memulihkan ekonomi Amerika Serikat setelah krisis pada tahun 2008 membuat The Fed yang merupakan Bank Sentral Amerika berencana melakukan tapering off atau pengurang quantitative easing yang disebut juga dengan stimulus ekonomi. Rencana ini dikemukakan gubernur The Fed yaitu Ben Bernake pada Mei 2013 menjadikan langkah awal penguatan dolar terhadap keuangan global, sehingga suplai dolar menjadi berkurang.
Dampak sebaliknya diterima Indonesia yang merupakan negara berkembang, mudah terdepresiasi nilai mata uangnya karena pengaruh penguatan mata uang negara maju, khususnya Amerika Serikat. Nilai Mata uang Indonesia memiliki karakteristik tersendiri, soft currency yang artinya sensitif sekali terhadap kondisi perekonomian internasional. Spekulasi pada pasar finansial, ketidakstabilan ekonomi maupun krisis finansial menyebabkan melemahnya nilai soft currency.

Terus tertekan karena signal buruk dari The Fed
Saat The Fed merencanakan untuk memangkas pembelian obligasi di Mei 2013, Indeks harga saham gabungan atau IHSG serta nilai tukar rupiah berfluktuasi tajam. Berkenaan dengan hal tersebut, memunculkan kekhawatiran atas pemulihan ekonomi di Amerika Serikat, yang mungkin saja berdampak pada kembalinya modal dan mempengaruhi lalu lintas keuangan dunia.

Lemahnya nilai mata uang melanda seluruh dunia
Karena pemulihan perekonomian di Amerika Serikat, bersamaan dengan pemangkasan stimulus yang dilakukan oleh The Fed, berdampak positif pada penguatan dolar terhadap mata uang dunia. Kalau dibandingkan dengan nilai mata uang negara lain, rupiah belum terlalu anjlok, tetapi tak juga dalam posisi yang aman. Posisinya berada di tengah-tengah mata uang negara lain, juga tak begitu menguntungkan.
Mata uang Malaysia, ringgitlah yang memimpin pelemahan nilai tukar terhadap mata uang dolar Amerika Serikat itu. Saat ini mengalami penurunan sekitar 16,79% kembali pada titik terendahnya 17 tahun yang lalu ketika krisis keuangan Asia terjadi di tahun 1998. Dan masih banyak negara lain yang mengalami penurunan nilai mata uangnya terhadap dolar Amerika. Itulah negara Adidaya, dampaknya hingga ke seluruh dunia.

Harga komoditas ekpor Indonesia harganya anjlok
Pelemahan mata uang yang terjadi di dunia terhadap mata uang dolar, berefek pada menurunnya permintaan barang komoditas ekspor Indonesia, seperti minyak nabati, batubara, tekstil dan produk tekstil, barang logam tidak mulia, karet olahan, ataupun kayu olahan. Sheingga, harganyapun menjadi anjlok di pasar dunia dan mempengaruhi neraca perdagangan hingga akhirnya menambah lemahnya nilai rupiah terhadap dollar.

Kinerja ekspor semakin merosot
Karena penurunan permintaan barang komoditas ekspor Indonesia, menyebabkan merosotnya kinreja ekspor. Yang terjadi seharusnya adalah saat rupiah melemah, ekspor mestinya mengalami kenaikan. Tetapi, karena anjloknya harga dan permintaan barang komoditas, maka pengaruhnya pada neraca perdagangan sangatlah jelek dan hal ini mendorong semakin melemahnya nilai rupiah.

Impor barang tinggi
Entah mengapa, padahal produk hasil dalam negeri tak kalah dengan produk olahan negara lain. Namun, banyak dari masyarakat lebih memilih produk luar negeri yang menurutnya lebih nampak mewah dan elegan. Bukan hanya itu saja, sejak 6 tahun belakangan ini Indonesia melakukan impor barang modal dan konsumsi naik drastis, pengaruhnya menekan neraca perdagangan. Itulah juga faktor pendorong melemahnya rupiah sejak tahun 2013. Walaupun satu tahun terakhir ini sudah terjadi penurunan impor barang, tetapi belum cukup signifikan dalam pelemahan nilai rupiah terhadap dolar.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar